@nanykhairani
Terpesona. Mungkin itulah kata yang
tepat untuk menggambarkan perasaanku saat pertama kali melihatnya sebagai anak
baru di sekolah. Bagaimana mungkin aku bisa lupa pada pemilik wajah yang tampak
bingung mencari kelasnya saat upacara. Sosoknya tiba-tiba mencuri perhatianku
saat itu juga. Entah… aku jatuh cinta atau hanya mengaguminya saja.
Sebuah kebetulan yang sangat
menyenangkan ketika aku mengetahui bahwa ia adalah teman sekelasku yang baru.
Ahhh… aku tiba-tiba kehilangan akal sehatku saat itu. Ingin rasanya aku bersorak
saat melihat kakinya menapak di kelasku. Yah, mungkin ini gila. Aku sadar itu…
Kekagumanku semakin bertambah setiap hari
karena terpesona oleh kecerdasannya yang tidak biasa. Alasan yang terdengar
klise, tapi begitulah kenyataannya. Keberadaannya menjadi cambuk untukku agar
bisa menjadi seseorang yang lebih dari diriku saat ini. Aku semakin giat
belajar, mempelajari beberapa bahasa asing, belajar seni, dan paling parah
adalah terbangun di tengah malam hanya untuk menghapalkan rumus-rumus
matematika. Gila kan? Lagi-lagi aku tersadar kalau apa yang kulakukan masuk
dalam kategori sedikit gila.
Semua berlalu begitu saja tanpa ada
ucapan akan rasa yang kependam bertahun-tahun. Setelah upacara kelulusan, ia
pun menghilang tanpa kutahu keberadaannya. Tapi, aku memang tidak berniat
mencarinya atau pun mengungkapkan kekagumanku padanya.
Terakhir kali kudengar kabarnya, ia
sudah melanjutkan pendidikannya di salah satu negeri di Eropa. Ia memang
seseorang yang sangat luar biasa. Seseorang dengan bakat dan kecerdasan
istimewa. Dan tahukah? Sampai detik ini, aku masih menjadikan sosoknya sebagai
cambuk agar aku bisa berkembang dan tidak berotasi di tempat yang sama. Hingga
saat itu tiba, aku ingin menjadi seseorang yang pantas untuk berdiri di
sampingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar